Ndongeng Cinta
Oleh: Laskar Ki-Ageng Kendil
Cinta begitu dalam, begitu tinggi, begitu luas, begitu
sempit, begitu dekat sekaligus begitu jauh. Cinta hanya bisa tergapai oleh
hati, dimana mata tak dapat menjangkaunya, sedekat apapun cinta. Hanya dengan
hati, cinta sejauh apapun mudah terengkuh. Insya Allah....
Ta'rif Cinta juga bisa menjadi beragam warna, ta'rifnya menyesuaikan anashir yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yang terkena panah "cinta".
Beribu-ribu, bahkan berjuta-juta manusia mendefinisikan makna cinta secara berbeda, namun hakikat cinta adalah "Hati yang bisa melepas rasa sakit dan kecewa, dimana ia melihat pengorbanan bukan sebagai sesuatu yang menyakitkan namun sebagai pengabdian".
Lebih "dalam lagi", cinta tak kenal rasa sakit dan kecewa, jika hati masih merasakan sakit dan kecewa, maka dialah "pecinta pura-pura" atau belum bisa disebut "pecinta sejati". Cinta tak butuh "balance", tak butuh keseimbangan antara memberi dan menerima, hakikat cinta hanyalah memberi kepada yang kita cintai. Cinta itu tak perlu terbalaskan dengan sesuatu yang sepadan. Cinta cukup dengan cinta itu sendiri.
Bahasa cinta adalah bahasa Universal, (sudah sering aku katakan mengenai hal ini), sumbernya satu dan mempunyai ribuan bahkan jutaan cabang "Cinta", namun demikian "Cinta" tetaplah mampu dan bisa mewujudkan maknanya dan bertahta di hati para pecinta, kapanpun, di hati siapapun dan tanpa alasan apapun, kecuali "Cinta".
Kenapa orang yang mencintai seseorang dan seseorang yang dicintai itu menolak cintanya, atau pasangannya selingkuh dengan orang lain kok bisa sakit hati dan kecewa? Dia Bukanlah "Pecinta" karena masih menyisakan "keinginan" dari hasil cintanya, maka ia menjadi sakit dan kecewa. Mencintai karena ingin dicintai, menyayangi karena ingin disayangi, memberi karena ingin diberi. Cinta yang terbalut berbagai keinginan akan berahir dengan derai air mata ketidak ikhlasan rasa.
Ta'rif Cinta juga bisa menjadi beragam warna, ta'rifnya menyesuaikan anashir yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yang terkena panah "cinta".
Beribu-ribu, bahkan berjuta-juta manusia mendefinisikan makna cinta secara berbeda, namun hakikat cinta adalah "Hati yang bisa melepas rasa sakit dan kecewa, dimana ia melihat pengorbanan bukan sebagai sesuatu yang menyakitkan namun sebagai pengabdian".
Lebih "dalam lagi", cinta tak kenal rasa sakit dan kecewa, jika hati masih merasakan sakit dan kecewa, maka dialah "pecinta pura-pura" atau belum bisa disebut "pecinta sejati". Cinta tak butuh "balance", tak butuh keseimbangan antara memberi dan menerima, hakikat cinta hanyalah memberi kepada yang kita cintai. Cinta itu tak perlu terbalaskan dengan sesuatu yang sepadan. Cinta cukup dengan cinta itu sendiri.
Bahasa cinta adalah bahasa Universal, (sudah sering aku katakan mengenai hal ini), sumbernya satu dan mempunyai ribuan bahkan jutaan cabang "Cinta", namun demikian "Cinta" tetaplah mampu dan bisa mewujudkan maknanya dan bertahta di hati para pecinta, kapanpun, di hati siapapun dan tanpa alasan apapun, kecuali "Cinta".
Kenapa orang yang mencintai seseorang dan seseorang yang dicintai itu menolak cintanya, atau pasangannya selingkuh dengan orang lain kok bisa sakit hati dan kecewa? Dia Bukanlah "Pecinta" karena masih menyisakan "keinginan" dari hasil cintanya, maka ia menjadi sakit dan kecewa. Mencintai karena ingin dicintai, menyayangi karena ingin disayangi, memberi karena ingin diberi. Cinta yang terbalut berbagai keinginan akan berahir dengan derai air mata ketidak ikhlasan rasa.
(angel kaaaan....!! Nyong bae gemiyen nganti "klenger"....)
0 komentar :
Posting Komentar
Silahkan disebarluaskan asal tetap menyertakan link sumbernya.
Daftar Isi * Facebook * Twitter * Google