2 Hal Sisi Penting Dalam Proses Belajar
Oleh: Abdul Qodir Al-Busthomi
2 hal ini merupakan sisi penting dalam proses belajar. Konon, Imam An-Nawawi pernah dawuh:
الْحِفْظُ قَبْلَ الْفَهْمِ أَنْفَعُ مِنَ الْفَهْمِ قَبْلَ الْحِفْظِ
"Menghafal sebelum memaham lebih berguna daripada memaham sebelum menghafal".
Setidaknya, ada 2 alasan yang mendasari pendapat ini.
1. Hafalan merupakan batas terjauh kemampuan setiap orang, sedangkan kefahaman terkadang hanya dimiliki beberapa orang saja. Ini karena, sebuah hafalan bisa dicapai dengan usaha pengulangan dengan intensitas tertentu. Seseorang akan bisa hafal, asalkan dia mau banyak mengulang, serta berusaha merekamnya dalam memori ingatan. Sedangkan kefahaman, akan mentok dalam batas tertentu meski diulang-diulang atau dipaksa-paksa. Seakan-akan kefahaman merupakan semacam hidayah atau ilham yang turun "tiba-tiba".
2. Hafalan merupakan inti pengetahuan. Betapapun dalam kefahaman seseorang, tetapi tanpa diikat oleh sebuah hafalan, kefahaman tersebut seakan sia-sia belaka.
Ada sebuah kisah, konon Imam Al-Ghozali saat pulang dari mondok, dengan membawa buntalan pakaian dan sejumlah kitab, dihadang oleh seorang perampok. Beliau dipaksa untuk menyerahkan semua barang, termasuk kitab-kitab selama sang Imam mondok. Dengan berat hati Imam Al-Ghozali memohon si perampok agar tidak mengambil kitab-kitab tersebut, serta mempersilakan mengambil semua harta miliknya.
"Ku mohon, jangan ambil kitab-kitabku, karena itu adalah hasil belajarku selama bertahun-tahun", pinta Imam Al-Ghozali.
"Ha.. ternyata ilmumu hanya sebatas kitab-kitabmu saja. Jika kitab-kitabmu dirampas orang, maka hilang pula ilmumu", jawab si perampok.
Seketika Imam Al-Ghozali menyadari bahwa pengembaraannya mencari ilmu belum sepenuhnya usai, karena ilmu-ilmu yang dia dapat baru sebatas tulisan-tulisan dalam kitab. Beliau menyadari, bahwa yang dikatakan si perampok tadi bukanlah inisiatifnya, melainkan petunjuk dari Allah yang disampaikan melalui perantara orang jalanan itu.
Wallahu A'lamu Bish-showaab
Seketika Imam Al-Ghozali menyadari bahwa pengembaraannya mencari ilmu belum sepenuhnya usai, karena ilmu-ilmu yang dia dapat baru sebatas tulisan-tulisan dalam kitab. Beliau menyadari, bahwa yang dikatakan si perampok tadi bukanlah inisiatifnya, melainkan petunjuk dari Allah yang disampaikan melalui perantara orang jalanan itu.
Wallahu A'lamu Bish-showaab
0 komentar :
Posting Komentar
Silahkan disebarluaskan asal tetap menyertakan link sumbernya.
Daftar Isi * Facebook * Twitter * Google